DEFINISI
Istilah rhinorrhea berasal dari kata Yunani,
‘rhinos’ artinya hidung dan ‘-rrhea’ artinya aliran atau cairan. Dengan
demikian, rhinorrhea dapat didefinisikan sebagai aliran atau drainase cairan
hidung. 1
ETIOLOGI
Temperatur dingin
Rinore kerap dijumpai selama musim dingin. Salah
satu tujuan mucus nasal adalah untuk menghangatkan udara yang dihirup ke suhu
tubuh ketika memasuki tubuh. Agar hal ini terjadi, kavum nasi harus terus
menerus dilapisi dengan cairan mucus. Selama cuaca dingin, lapisan lendir
hidung cenderung kering, berarti membrane
mucus harus bekerja keras, memproduksi lebih banyak mucus untuk menjaga
kavum nasi akibatnya, kavum nasi terisi penuh oleh mucus. 1
Pada saat yang sama, ketika udara dihembuskan, uap
air mengembun ketika udara hangat bertemu dengan temperatur luar yang lebih
dingin dekat lubang hidung. Hal ini menyebabkan jumlah air yang berlebihan yang
mengisi kavum nasi. Pada kasus ini kelebihan cairan biasanya tumpah keluar
melalui lubang hidung. 1
Infeksi
Rinore dapat merupakan gejala dari penyakit lain,
seperti ‘common cold’ atau influenza.
Selama infeksi tersebut, membrane mucus nasal memproduksi mucus yang berlebih,
memenuhi kavum nasi. Hal ini untuk mencegah infeksi dari penyebaran ke paru dan
traktus respiratori, yang dapat menyebabkan kerusakan lebih lanjut. Sinusitis
merupakan alasan yang signifikan untuk penyebab rinore yang dapat
bermanifestasi dalam bentuk akut maupun kronik. 1,2
Alergi
Rhinore dapat juga terjadi ketika seseorang dengan
alergi bahan tertentu seperti pollen, debu, latex, atau binatang oleh allergen
ini. Orang dengan system imun tersensitisasi, substansi bahan tersebut dapat
memicu produksi antibody IgE, terikat sel mast dan basofil sehingga menyebabkan
pengeluaran mediator inflamasi seperti histamin. Selanjutnya, hal ini
menyebabkan inflamasi dan pembengkakan jaringan dari rongga nasal dan juga
peningkatan produksi nasal.1
Lakrimasi
Rhinore juga berhubungan dengan keluarnya air mata,
baik dari emosional maupun iritasi mata. Ketika sejumlah airmata diproduksi
berlebihan, cairan mengalir melalui sudut dalam kelopak mata, melalui duktus
nasolakrimal lalu ke dalam rongga hidung. Semakin banyak air mata dikeluarkan,
banyak cairan juga yang mengalir ke dalam rongga hidung. Penumpukan cairan
biasanya diatasi via ekspulsi mucus melalui lubang hidung. 1
Trauma kepala
Jika disebabkan oleh trauma kepala, rinore dapat
menjadi kondisi yang serius. Fraktur basis cranii dapat menyebabkan ruptur
barier antara kavum sinonasal dan fosa cranial anterior atau fossa cranial
media. Kondisi ini dikenal dengan cerebrospinal
fluid rhinorrhoea atau CSF rhinorrhea, yang dapat menyebabkan sejumlah
komplikasi serius dan mungkin menyebabkan kematian jika tidak ditangani dengan
baik. 1
Penyebab Lain
Rinore dapat terjadi sebagai gejala dari
ketergantungan opioid yang berhubungan
dengan lakrimasi. Penyebab lain termasuk cystic fibrosis, nasal
tumors, perubahan hormonal, dan cluster headaches.
TANDA DAN GEJALA
Rinore ditandai oleh jumlah mucus yang berlebihan
yang diproduksi oleh membrane mucus di rongga hidung. Membran mucus
menghasilkan mucus lebih cepat daripada proses mucus itu sendiri, menyebabkan
cadangan mucus di kavum nasi. Setelah kavum terisi , aliran udara terhambat,
menyebabkan kesulitan bernapas melalui hidung. Udara terperangkap dalam kavum
nasi, rongga sinus, yang tidak dapat dilepaskan dan menghasilkan tekanan
sehingga menyebabkan nyeri kepala atau nyeri pada wajah. Jika sinus tetap
terhalang, dapat menyebabkan sinusitis. Jika mucus terus mengalir ke belakang
ke arah tuba eustachi, dapat menyebabkan nyeri telinga atau infeksi telinga.
Mucus yang berlebihan yang terakumulasi di tenggorokan atau belakang hidung
menyebabkan “post-nasal drip”, mengakibatkan sakit tenggorokan atau batuk. Tambahan
gejala termasuk bersin, mimisan, dan “nasal discharge”.2
Rinore yang disebabkan infeksi hidung biasanya
bilateral jernih sampai purulen. Sekret yg jernih seperti air
dan jumlahnya banyak khas untuk alergi hidung, biasanya bukan karena
infeksi. Jika cairan kuning menunjukkan alergi atau infeksi, jika cairan hijau
menunjukkan infeksi. Bila sekretnya kuning kehijauan biasanya berasal dari
sinusitis hidung Jika rinore unilateral menunjukkan kebocoran CSF atau
suatu malignansi. Jika berwarna darah : bila unilateral menunjukkan tumor,
benda asing; jika bilateral menunjukkan kelainan granulomatosa atau diathesis
perdarahan. . Sekret dari hidung yang turun ke tenggorok disebut sebagai
post nasal drip kemungkinan dari sinus paranasal. Pada anak bila sekret
yang terdapat hanya satu sisi dan berbau kemungkinan terdapat benda
asing di hidung. 1,4, 5
Bagaimanapun juga, jika “running nose” didasari oleh
komplikasi traumatic serius, menunjukkan gejala seperti pingsan, perdarahan
yang tidak terkendali, dan sering muntah. Itu dipicu akibat cedera kepala atau
cedera pada tulang belakang, sehingga mempengaruhi system saraf.1
DIAGNOSIS
Gejala-gejala rinore adalah sumber indikasi untuk
sifat dan jenis rinore yang diderita. Pemeriksaan fisik rinore meliputi
inspeksi wajah dan hidung, terutama sinus maksila dan sinus frontal. Sifat dan
warna mukosa hidung juga diinspeksi. Tes rinore melibatkan kultur sel dari
secret. Namun, pasien yang menderita
sinusitis invasive, diabetes dan penyakit immunocompromised sebaiknya menjalani
CT scan untuk diagnosis tepat untuk memahami apakah menderita rinore kronik
atau berulang. 1
TATALAKSANA
Penatalaksanaan rinore bergantung pada penyakit yang
mendasari. Biasanya tidak membutuhkan pengobatan dan dapat berhenti dengan
sendirinya tetapi harus ditangani serius pada kasus yang dipicu oleh komplikasi
fisik dan saraf yang serius.
DAFTAR PUSTAKA:
- The Prime Health. Rhinorrhea – Definition, Symptoms, Causes, Diagnosis and Treatment. 2010. Available from URL: http://www.primehealthchannel.com/rhinorrhea-definition-symptoms-causes-diagnosis-and-treatment.html
- Wikipedia. 2010. Available from URL: http://en.wikipedia.org/wiki/Rhinorrhea
- http://download.journals.elsevierhealth.com/pdfs/journals/0091-6749/PIIS0091674995702113.pdf
- Elise K, dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT, Ed 6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2007. hal. 3,128-142, 150-3
- Elizabeth A et al. Management of allergic and non-allergic rhinitis: a primary care summary of the BSACI guideline. 2010. Available from URL: http://www.thepcrj.org/journ/vol19/19_3_217_222.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar