DEFINISI
Ileus secara umum didefinisikan hanya sebagai obstruksi usus. Namun,
sumber-sumber otoritatif mendefinisikannya sebagai penurunan aktivitas motorik
dari saluran GI sebagai penyebab non-mekaniksuatu keadaan akut abdomen berupa
kembung (distensi abdomen) karena usus tidak berkontraksi akibat adanya
gangguan motilitas. Peristaltic usus dihambat akibat pengaruh toksin atau
trauma yang mempengaruhi pengendalian otonom motilitas usus. Obstruksi yang
terjadi karena suplai saraf otonom mengalami paralisis dan peristaltik usus
terhenti sehingga tidak mampu mendorong isi sepanjang usus. 5,6,7
ETIOLOGI
Sebagian besar kasus ileus terjadi setelah operasi intra-abdomen karena
adanya reflek penghambatan peristaltic akibat visera abdomen yang tersentuh
tangan. Kembalinya aktivitas usus normal setelah operasi perut mengikuti pola :
usus kecil fungsi biasanya kembali dalam beberapa jam, perut kembali kegiatan
dalam waktu 1-2 hari, dan usus besar kembali kegiatan-kegiatan dalam 3-5 hari. 3
Penyebab lain dari adinamik ileus adalah: 3,6
- Sepsis
- Obat-obatan (contohnya, opioids, antacids, warfarin, amitriptyline, chlorpromazine)
- Metabolik (contohnya, rendah potassium, magnesium, atau sodium; anemia; hiposmolalitas)
- Infark myocard
- Pneumonia
- Atoni usus dan peregangan gas sering timbul menyertai berbagai kondisi Traumatik (contohnya, fractur costa, fractur tulang belakang, trauma medulla spinalis)
- Colic renal dan colic bilier
- Inflamasi Intra-abdominal dan peritonitis
- Hematom retroperitoneal
PATOFISIOLOGI
Respon stres bedah
mengarah pada system endokrin sistemik dan mediator inflamasi yang juga
mempengaruhi perkembangan ileus. “Rat Models” menunjukkan laparotomi,
eventration dan kompresi usus, mengakibatkan peningkatan jumlah makrofag,
monosit, sel dendritik, sel T, Natural killer sel dan sel mast, sebagaimana
pada immunohistochemistry. Makrofag pada
muskularis eksternal dan sel mast merupakan pemain utama pada prosses
peradangan. Calsitonin terkait dengan peptida, oksida nitrat, peptida usus
vasoaktif dan fungsi substansi P sebagai penghambat neurotransmitter dalam
sistem saraf dari usus. Nitrat oksida dan inhibitor peptida vasoaktif usus dan
antagonis reseptor substansi P telah dibuktikan untuk meningkatkan fungsi
gastrointestinal. 3
Peristiwa
patofisiologik yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama, tanpa memandang
apakah obstruksi tersebut diakibatkan oleh penyebab mekanik atau fungsional.
Perbedaan utama adalah obstruksi paralitik di mana peristaltik dihambat dari
permulaan, sedangkan pada obstruksi mekanik peristaltik mula-mula diperkuat,
kemudian intermitten, dan akhirnya hilang.6
Perubahan patofisiologi
utama pada obstruksi usus adalah lumen usus yang tersumbat secara progresif
akan teregang oleh cairan dan gas (70% dari gas yang ditelan) akibat
peningkatan tekanan intralumen, yang menurunkan pengaliran air dan natrium dari
lumen ke darah. Oleh karena sekitar 8 liter cairan diekskresikan ke dalam
saluran cerna setiap hari ke sepuluh. Tidak adanya absorpsi dapat mengakibatkan
penimbunan intralumen dengan cepat. Muntah dan penyedotan usus setelah
pengobatan dimulai merupakan sumber kehilangan utama cairan dan elektrolit. Pengaruh
atas kehilangan ini adalah penyempitan ruang cairan ekstrasel yang
mengakibatkan syok-hipotensi, pengurangan curah jantung, penurunan perfusi
jaringan dan asidosis metabolik. Peregangan usus yang terus menerus
mengakibatkan lingkaran setan penurunan absorpsi cairan dan peningkatan sekresi
cairan ke dalam usus. Efek lokal peregangan usus adalah iskemia akibat distensi
dan peningkatan permeabilitas akibat nekrosis, disertai absorpsi toksin-toksin
bakteri ke dalam rongga peritoneum dan sirkulasi sistemik untuk menyebabkan
bakteriemia.6
Pada obstruksi mekanik
simple, hambatan pasase muncul tanpa disertai gangguan vaskuler dan neurologik.
Makanan dan cairan yang ditelan, sekresi usus, dan udara terkumpul dalam jumlah
yang banyak jika obstruksinya komplit. Bagian usus proksimal distensi, dan
bagian distal kolaps. Fungsi sekresi dan absorpsi membrane mukosa usus menurun,
dan dinding usus menjadi edema dan kongesti. Distensi intestinal yang berat,
dengan sendirinya secara terus menerus dan progresif akan mengacaukan
peristaltik dan fungsi sekresi mukosa dan meningkatkan resiko dehidrasi,
iskemia, nekrosis, perforasi, peritonitis, dan kematian. 6
DIAGNOSA
- Anamnesa
Pada
anamnesa, pasien sering mengeluhkan adanya gangguan pada siklus BAB, Perut kembung (distensi), Muntah, Badan meriang (panas)7
- Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum pasien sakit ringan sampai berat, bisa disertai
penurunan. Kesadaran, syok. Pada colok dubur: rektum tidak kolaps.tidak ada
kontraksi. Distensi abdomen, Meteoristik,
Ileus paralitik ditegakkan dengan auskultasi abdomen berupa silent abdomen
yaitu bising usus menghilang.10
- Pemeriksaan Penunjang
Pada gambaran foto polos abdomen didapatkan pelebaran udara
usus halus atau besar tanpa air-fluid level. Pada foto andomen 3 posisi, tampak
dilatasi usus menyeluruh dari gaster sampai rektum. Penebalan dinding usus
halus yang dilatasi memberikan gambaran herring bone appearance, karena dua
dinding usus halus yang menebal dan menempel membentuk gambaran vertebra dan
muskulus yang sirkuler menyerupai kosta dan gambaran penebalan usus besar yang
juga distensi tampak di tepi abdomen. Tampak gambaran air fluid level
pendek-pendek berbentuk seperti tangga yang disebut step ladder appearance di usus halus dan air fluid level
panjang-panjang di kolon. 2, 9, 10
Pemeriksaan Laboratorium: 10
-Amilase-lipase
-Kadar gula darah.
-Kalium serum.
-Analisis gas darah.
Tes laboratorium mempunyai
keterbatasan nilai dalam menegakkan diagnosis, tetapi sangat membantu
memberikan penilaian berat ringannya dan membantu dalam resusitasi. Pada tahap
awal, ditemukan hasil laboratorium yang normal. Selanjutnya ditemukan adanya
hemokonsentrasi, leukositosis dan nilai elektrolit yang abnormal. Peningkatan
serum amilase sering didapatkan. Leukositosis menunjukkan adanya iskemik atau
strangulasi, tetapi hanya terjadi pada 38% - 50% obstruksi strangulasi
dibandingkan 27% - 44% pada obstruksi non strangulata. Hematokrit yang
meningkat dapat timbul pada dehidrasi. Selain itu dapat ditemukan adanya
gangguan elektrolit. Analisa gas darah mungkin terganggu, dengan alkalosis
metabolik bila muntah berat, dan metabolik asidosis bila ada tanda – tanda
shock, dehidrasi dan ketosis.10
TATALAKSANA10
1. Konservatif
•
Penderita dirawat di rumah sakit.
•
Penderita dipuasakan
• Kontrol
status airway, breathing and circulation.
•
Dekompresi dengan nasogastric tube.
•
Intravenous fluids and electrolyte
• Dipasang
kateter urin untuk menghitung balance cairan.
2. Farmakologis
•
Antibiotik broadspectrum untuk bakteri anaerob dan aerob.
•
Analgesik apabila nyeri.
3. Operatif
• Ileus
paralitik tidak dilakukan intervensi bedah kecuali disertai dengan peritonitis.
PERBANDINGAN BERBAGAI MACAM ILEUS
Macam ileus
|
Nyeri Usus
|
Distensi
|
Muntah borborigmi
|
Bising usus
|
Ketegangan abdomen
|
Obstruksi simple tinggi
|
++
(kolik)
|
+
|
+++
|
Meningkat
|
-
|
Obstruksi simple rendah
|
+++
(Kolik)
|
+++
|
+
Lambat, fekal
|
Meningkat
|
-
|
Obstruksi strangulasi
|
++++
(terus-menerus, terlokalisir)
|
++
|
+++
|
Tak tentu
biasanya meningkat
|
+
|
Paralitik
|
+
|
++++
|
+
|
Menurun
|
-
|
Oklusi vaskuler
|
+++++
|
+++
|
+++
|
Menurun
|
+
|
Dikutip Dari : Anonym. Pedoman Diagnosis dan Terapi. Lab/UPF Ilmu Bedah. Rumah Sakit
Umum Daerah Dokter Soetomo. Surabaya, 1994.
|
Ileus
|
Mechanical
Obstruction (Simple)
|
Symptoms
|
Mild abdominal
pain, bloating, nausea, vomiting, obstipation, constipation
|
Crampy abdominal
pain, constipation, obstipation, nausea, vomiting, anorexia
|
Physical
Examination Findings
|
Silent abdomen,
distention, tympanic
|
Borborygmi, peristaltic
waves, high-pitched bowel sounds, rushes, distention, localized tenderness
|
Plain Radiographs
|
Large and small
bowel dilatation, diaphragm elevated
|
Bow-shaped loops
in ladder pattern, paucity of colonic gas distal to lesion, diaphragm mildly
elevated, air-fluid levels
|
Dikutip dari : http://emedicine.medscape.com/article/178948-diagnosis
Sandeep
Mukherjee, MB, BCh, MPH, FRCPC
KOMPLIKASI ILEUS11,12
- Nekrosis usus
- Perforasi usus
- Sepsis
- Syok-dehidrasi
- Abses
- Sindrom usus pendek dengan malabsorpsi dan malnutrisi
- Pneumonia aspirasi dari proses muntah
- Gangguan elektrolit
daftar pustaka:
1.
Sjamsuhidajat,
R.; Dahlan, Murnizat; Jusi, Djang. Gawat Abdomen. Dalam Buku Ajar Ilmu Bedah.
Edisi 2. Editor: Sjamsuhidajat, R. dan De Jong, Wim. Jakarta: EGC, 2003. Hal:
181-192.
6. Price
SA, Wilson LM. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. Vol 1 Ed 6.
Jakarta : EGC, 2005. 450-6
11.
Fiedberg,
B. and Antillon, M.: Small-Bowel Obstruction. Editor: Vargas, J., Windle, W.L.,
Li, B.U.K., Schwarz, S., and Altschuler, S. http://www.emedicine.com. Last Updated, June 29, 2004.
12.
Basson,
M.D.: Colonic Obstruction. Editor: Ochoa, J.B., Talavera, F., Mechaber, A.J.,
and Katz, J. http://www.emedicine.com. Last Updated, June 14, 2004.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar