Gejala utama dari BPPV adalah
vertigo (sensasi berputar) dipengaruhi perubahan posisi kepala yang berhubungan
dengan gravitasi. Pasien biasanya merasa mulai pusing saat bangun dari tempat
tidur, berguling di tempat tidur, memiringkan kepala ke belakang, misalnya
untuk mencari sesuatu di rak atau membungkuk ke depan misalnya ketika
memperbaiki sepatunya. Namun, gejala BPPV dapat bervariasi antara pasien dan
dapat bermanifestasi pusing non spesifik, instabilitas postural, pusing karena
cahaya dan mual. Vertigo dalam BPPV biasanya intermiten dan bergantung pada
posisi. Pasien dengan BPPV tidak mengalami vertigo yang berat selama aktivitas
sehari-hari yang dilakukan dengan postur tegak, tetapi ketika bangun dari
tempat tidur.
Pada BPPV, vertigo biasanya bersifat
sementara, durasinya berhubungan dengan durasi posisi nistagmus, yang biasanya
sembuh dalam waktu 30 detik pada BPPV kanal posterior (PC-BPPV). Namun, durasi
relatif lebih lama (kadang-kadang lebih dari 1 menit) pada HC-BPPV. Walaupun begitu,
kadang pasien dengan BPPV melaporkan pusing yang persisten dan tidak seimbang, dengan
memperhatikan cermat riwayatnya mengungkapkan bahwa dalam kebanyakan kasus,
memburuknya gejala dipengaruhi dengan perubahan posisi.
EPIDEMIOLOGI
Terdapat kekurangan dari studi
epidemiologi pada BPPV. Prevalensi BPPV telah dilaporkan 10.7-64 per 100.000
populasi. Menurut sebuah penelitian terbaru di Jerman yang menggunakan telepon
berbasis wawancara, prevalensi BPPV adalah 2,4% dengan kejadian 1 tahun 0,6%.
BPPV idiopatik biasanya terjadi pada
orangtua dan perempuan, dengan rasio perempuan-laki-laki adalah 2-3:1 dan usia puncaknya
terjadi dalam dekade keenam kehidupan. BPPV lebih sering melibatkan telinga
kanan, faktor yang mungkin terkait adalah kebiasaan tidur ke sisi kanan pada populasi umum.
Sebagian besar BPPV berkembang dalam
kanal semisirkular horizontal dan posterior. PC-BPPV mewakili 60-90% dari semua
kasus BPPV dan HC-BPPV 5-30% kasus. Namun, HC-BPPV sekarang tampaknya lebih
banyak daripada yang diperkirakan sebelumnya. Proporsi HC-BPPV- dihubungkan
penurunan kasus dengan peningkatan interval waktu rata-rata dari onset gejala
ke diagnosis, mungkin karena tingkat resolusi spontan yang lebih tinggi pada HC-BPPV.
Dengan demikian, proporsi relatif dari setiap jenis BPPV mungkin tergantung
pada nilai setiap klinik. BPPV jarang melibatkan kanalis semisirkularis
anterior. BPPV timbul dari beberapa kanal yang juga telah dijelaskan.
ETIOLOGI
Penyebab BPPV sebagian besar tidak
diketahui (idiopatik). Mengingat tingginya prevalensi BPPV kalangan perempuan
paruh baya, faktor hormonal mungkin memainkan peran dalam perkembangan BPPV.
Dalam penelitian terbaru, nilai densitas mineral tulang menurun baik pada
perempuan maupun laki-laki dengan BPPV idiopatik dibandingkan dengan kontrol
normal tanpa ada riwayat pusing. Prevalensi osteopenia (-2,5 < T-score <
1,0 ) dan osteoporosis (T-score < -2,5) juga ditemukan lebih tinggi
baik pada perempuan dan laki-laki dengan BPPV dibandingkan dengan kontrol
normal. Selain itu, perempuan dengan usia > 45 tahun, T-score
terendah juga menurun pada kelompok rekuren, dibandingkan dengan kelompok de
novo. Temuan ini menunjukkan keterlibatan metabolisme kalsium yang terganggu
pada BPPV idiopatik dan hubungan yang signifikan antara osteopeni/osteoporosis
dan BPPV idiopatik. Otokonia merupakan deposit kalsium karbonat dalam bentuk gabungan
kristal kalsit dan tulang yang mengandung 99% kalsium yang ditemukan dalam
tubuh. Penurunan kadar estrogen dapat menganggu struktur internal otokonia atau
interkoneksinya dan keterikatan matriks gelatin. Selain itu, peningkatan
konsentrasi kalsium bebas dalam endolymph karena peningkatan resorbsi kalsium
dapat mengurangi kapasitas untuk melarutkan otokonia yang lepas.
BPPV dapat terjadi secara sekunder
untuk berbagai gangguan yang merusak telinga bagian dalam dan melepas otolit
dari makula utrikular. Trauma kepala menyebabkan kerusakan mekanik pada telinga
yang merupakan penyebab umum dari BPPV. Pasien jarang mengalami BPPV setelah
operasi mastoid atau jika terlibat dalam posisi miring kepala yang persisten,
seperti tukang cukur atau dokter gigi.
Dibandingkan dengan bentuk
idiopatik, BPPV traumatik memiliki beberapa ciri khas, yaitu tingginya kejadian
bilateral, keterlibatan multiple kanal pada sisi yang sama, setara antara
perempuan dan laki-laki, distribusi pada usia lebih muda, lebih sulit untuk
diobati dan frekuensi rekuren/ sering kambuh. Selain itu, BPPV dapat berkembang
secara sekunder ke salah satu dari penyakit telinga bagian dalam (misalnya,
neuritis vestibular, labyrinthitis dan penyakit Meniere) yang menyebabkan degenerasi
dan melonggarnya otokonia, tetapi tidak sepenuhnya menghambat fungsi kanal
semicircular. Insiden BPPV juga diketahui lebih tinggi pada pasien dengan
migrain, walaupun mekanisme yang tepat masih belum jelas. BPPV telah dilaporkan
terjadi dalam hubungannya dengan giant-cell arteritis, diabetes, and
hyperuricemia.
MEKANISME
PATOLOGI
Lepasnya debris otolith dapat menempel pada cupula (cupulolithiasis)
atau dapat mengambang bebas di kanal semisirkular (canalolithiasis) (gambar 1).
Penelitian patologis telah menunjukkan bahwa kedua kondisi tersebut dapat
terjadi. Debris otholith menyingkir dari cupula dan memberikan sensasi berputar
melalui efek gravitasi langsung pada cupula atau dengan menginduksi aliran
endolymph selama gerakan kepala di arah gravitasi (gambar 2). Menurut teori cupulolithiasis,
deposit cupula (heavy cupula) akan
memicu efek gravitasi pada krista. Namun, gerakan debris yang bebas mengambang
adalah mekanisme patofisiologi yang saat ini diterima sebagai ciri khas BPPV.
Menurut teori canalolithiasis, partikel mengambang bebas bergerak di bawah
pengaruh gravitasi ketika merubah posisi kanal dalam bidang datar vertical.
Tarikan hidrodinamik partikel menginduksi aliran endolymph, menghasilkan
perpindahan cupular dan yang penting mengarah ke respon yang khas diamati.
Beberapa studi telah berusaha untuk
mengidentifikasi utrikular (otolithic) abnormalitas di BPPV, tetapi telah menghasilkan
hasil yang tidak konsisten. Pasien dengan BPPV dapat menunjukkan kelainan di
vestibular yang menimbulkan potensial myogenic, horizontal visual subjektif dan
“gain during off-vertical axis rotation”
DIAGNOSIS
Setiap jenis BPPV didiagnosis dengan
mengamati pola nistagmus yang diinduksi selama manuver posisi yang telah
dirancang untuk bergerak hanya saluran yang terlibat dalam arah gravitasi
maksimum. Namun, pengamatan yang tepat dari nistagmus memerlukan fiksasi yang
dihilangkan selama manuver.
PC-BPPV
Dalam PC-BPPV, posisi nistagmus
diinduksi dengan Dix-Hallpike’s maneuver ke arah kanal yang terkena
(Gambar 3).
Selama Dix-Hallpike’s maneuver,
diyakini bahwa debris otolitik yang bebas mengambang (canalolithiasis) dalam
kanal posterior bergerak menjauh dari cupula dan menstimulasi kanal posterior
dengan menginduksi ampullofugal aliran endolymph (hukum pertama Ewald).
Eksitasi dari kanal posterior mengaktifkan otot superior oblik ipsilateral dan
otot rectus inferior kontralateral, yang menghasilkan deviasi mata ke bawah
dengan torsi ke arah telinga atas. Akibatnya, nistagmus yang dihasilkan akan ke
atas dan torsional, dengan kutub teratas mata ke arah telinga bawah. Nistagmus
biasanya dimulai dengan latensi singkat beberapa detik, sembuh dalam waktu 1 menit
(biasanya kurang dari 30 detik) dan arahnya berlawanan dari posisi duduk.
Nistagmus berkurang (misalnya mata lelah) dengan pemeriksaan ulang.
Cupulolithiasis dapat ada dalam kanal posterior. Dibandingkan dengan
canalolithiais, cupulolithiasis tipe PC-BPPV
cenderung memiliki latensi lebih pendek dan waktu konstan yang lebih
lama (yaitu lebih persisten).
Dix-Hallpike’s maneuver telah dianggap sebagai gold
standard untuk diagnosis PC-BPPV. Namun, manuver ini harus dilakukan dengan
hati-hati pada pasien dengan riwayat operasi leher, sindrom radikulopati
cervical dan diseksi pembuluh darah, karena memerlukan posisi rotasi dan
ekstensi leher. “The side-lying test” dapat
digunakan sebagai alternative ketika Dix-Hallpike’s
maneuver tidak dapat dilaksanakan; setelah
pasien duduk di meja pemerikaan, pasien segera berbaring dengan kepala
berpaling 45˚ ke arah yang berlawanan (gambar 4).
HC-BPPV
HC-BPPV didiagnosis dengan “supine roll test” (manuver
Pagnini-McClure), di mana kepala diputar sekitar 90˚ ke setiap sisi dengan
posisi supine (gambar 5). Nistagmus horizontal akan mengarah ke dasar (geotropic nystagmus) (gambar 5A) atau
mengarah ke atas (apogeotropic nystagmus)
(gambar 5B). Nistagmus yang diinduksi cenderung lebih persisten pada HC-BPPV
dibandingkan PC-BPPV. Nistagmus yang timbul selama posisi HC-BPPV biasanya
menunjukkan kelelahan yang lebih kecil dan lebih singkat dibandingkan yang
timbul pada PC-BPPV.
Penentuan sisi yang terkena
(lateralisasi) sangat penting untuk pengobatan yang tepat dari HC-BPPV
menggunakan CRMs, yang akan dibahas kemudian (Tabel 1). Karena aliran
ampullopetal endolymph menimbulkan respon yang lebih besar daripada aliran
ampullofugal dalam kanal horizontal (Hukum kedua Ewald), nistagmus yang
diinduksi akan lebih kuat ketika kepala menoleh ke arah telinga yang terkena
pada tipe geotropic HC-BPPV. Sebaliknya, kepala berpaling ke telinga yang sehat
akan menghasilkan nystagmus kuat pada HC-BPPV apogeotropic.
Penentuan telinga yang terkena
kadang sulit karena adanya respon yang agak simetris terutama jika nistagmus
yang diinduksi tidak diketahui. Dalam kasus ini, temuan lain mungkin memberikan
petunjuk untuk menentukan telinga terkena. Pada HC-BPPV, nistagmus dapat
dirangsang dengan berbaring telentang dari posisi duduk [lying-down nystagmus (LDN)] atau dengan menekuk kepala ke depan
sambil duduk [head-bending nystagmus
(HBN)]. Hingga 80% kasus HC-BPPV, LDN dan HDN saling berlawanan. Pada geotropic
HC-BPPV, HBN lebih berpengaruh pada telinga yang terkena, sedangkan LDN lebih
ke arah telinga yang sehat. HBN pada geotropic HC-BPPV berasal dari migrasi
ampullopetal dari otolith, sedangkan LDN dijelaskan dengan perpindahan
ampullofugal dari otolith pada kanal horizontal. Sebaliknya, sebagian besar HBN
adalah kontralesi dan LDN biasanya ipsilesional ketika diamati pada HC-BPPV
apogeotropik. HBN dan LDN pada HC-BPPV apogeotropik dijelaskan dengan defleksi heavy cupula sebagai respon perubahan
posisi.
Pada
HC-BPPV apogeotropik, nistagmus horizontal yang diinduksi dapat hilang ketika
kepala menoleh 10-20˚ ke arah telinga yang terkena, dengan posisi supine (titik
nol). Titik nol merupakan sejajarnya heavy
cupula dalam arah vektor gravitasi.
Nistagmus
spontan yang juga dikenal sebagai pseudospontaneus
nystagmus, tidak jarang dalam HC-BPPV. Pada laporan sebelumnya, 66-76% pasien
HC-BPPV memperlihatkan nistagmus spontan. Nistagmus spontan pada HC-BPPV
berhubungan dengan posisi anatomi kanal semisirkular horizontal, yang cenderung
30˚ ke arah yang berlawanan dari bidang horizontal. Oleh karena itu, gaya
gravitasi dapat mempengaruhi debris otolithic dalam kanal atau heavy cupula, bahkan ketika dalam posisi
duduk tegak. Untuk alasan yang sama, nistagmus pseudospontaneous hilang ketika
kepala pasien ditundukkan ke depan sekitar 30º. Dalam posisi ini, karena kanal
horisontal sejajar dengan bidang datar horizontal, efek gravitasi dikesampingkan.
Namun, nistagmus pseudospontaneous harus dibedakan dari continues nystagmus dengan vertigo terus menerus yang dihasilkan
dari apa yang disebut canalith jam dan
tekanan endolymph negatif antara plug dan cupula.
Pada BPPV, reversal spontan pada
nistagmus posisi awal jarang terjadi tanpa perubahan posisi. Pada geotropic
HC-BPPV, nistagmus geotropik awal kadang berbalik arah ketika kepala menoleh ke
arah sisi yang lesi dan nistagmus yang diinduksi kuat (kecepatan fase lambat
maksimal = 104 ± 62 º / sec, mean ± SD). Adaptasi jangka pendek dari reflek
vestibule-ocular tampaknya menjadi mekanisme utama yang mendasari reversal
spontan dari posisi awal nistagmus.
AC-BPPV
BPPV jarang melibatkan kanal
semisirkular anterior, dan AC-BPPV menunjukkan beberapa karakteristik yang berlawanan
dengan PC-BPPV. Pada AC-BPPV, SHH seperti Dix-Hallpike’s
maneuver keduanya dapat menimbulkan
nistagmus dengan komponen ipsitorsional (kutub atas mata ke arah telinga yang
terkena). Selain itu, nistagmus torsional pada AC-BPPV dapat tidak jelas,
seperti pada PC-BPPV.
Tipe kanal-campuran BPPV
BPPV dapat melibatkan multiple kanal
semisirkular. Tipe kanal-campuran dari BPPV, yang paling umum adalah kombinasi
PC dan HC-BPPV, sekitar 1,5-5,0% dari seluruh kasus BPPV di literature. Tipe
kanal-campuran dari BPPV sering melibatkan kanal pada sisi yang sama (misalnya
kanal horizontal kanan dan posterior kanan), tetapi keterlibatan bilateral juga
telah dilaporkan. Trauma dapat meningkatkan resiko dari kanal-campuran BPPV.
DIAGNOSA
BANDING
Banyak pasien BPPV khawatir bahwa
mereka menderita gangguan serius, seperti stroke. Meskipun BPPV adalah penyakit
jinak dan timbul dengan sendirinya, penyakit yang lebih serius seperti stroke
sirkulasi posterior dapat menyerupai BPPV. Namun, posisi sentral nistagmus
biasanya menyertai vertigo persisten, ketidakseimbangan dan gejala serta tanda
neurologis lain (Tabel 2).
Karena
nistagmus posisional merupakan temuan khas dari lesi yang mengenai cerebellum
dan AC-BPPV merupakan kondisi yang jarang, hanya 1,5-5% dari seluruh kasusu
BPPV, diagnosis AC-BPPV seharusnya hanya pada kasus khas tanpa defisit
neurologis lain. Bahkan pada pasien itu, kemungkinan patologi sentral harus
diteliti ketika CRMs berulang gagal untuk mengatasi gejala dan nistagmus.
Dalam
studi sebelumnya, 72% pasien dengan nistagmus posisional menunjukkan kelainan
sentral, sementara 24% (sebagian besar diduga AC-BPPV) tidak diketahui
etiologinya tanpa patologi sentral.
Pada
kesempatan langka, telah dilaporkan vertigo posisional paroksismal sentral menyerupai
BPPV setelah infark dorsolateral lalu ventrikel keempat atau nodulus atau plak
soliter yang mengenai brachium conjunctivum.
PENGOBATAN
BPPV biasanya berupa gangguan yang
timbul dengan sendirinya dan dapat sembuh dengan berjalannya waktu tanpa
pengobatan khusus. Menurut sebuah laporan pada BPPV yang tidak diobati,
sebagian besar HC-BPPV sembuh dalam waktu 16 ± 19 hari dan PC-BPPV 39 ± 47 hari
sejak onsetnya. Namun, diagnosis yang benar dan manuver reposisi yang tepat
memungkinkan penyembuhan yang cepat dan sederhana untuk BPPV.
Pada
tahun 1970an, pengobatan BPPV banyak melibatkan pemberian supresan vestibular
dan pembatasan perubahan posisi yang sangat berperan menimbulkan vertigo, yang
berarti bahwa perbaikan kondisi membutuhkan waktu yang lama. Setelah latihan
Brandt-Daroff diperkenalkan tahun 1980, disarankan agar pasien dengan BPPV
melakukan latihan aktif. Dengan mengadopsi latihan Brandt-Daroff, masa
pengobatan BPPV lebih singkat 10-14 hari. Namun, tujuan dari latihan ini adalah
untuk habituasi dan kompensasi sistem vestibular. Pasien dengan BPPV tidak
diobati secara efektif sampai akhir tahun 1980 dan awal 1900, ketika CRMs
diperkenalkan.
CRMs
PC-BPPV
Metode yang paling popular untuk
pengobatan PC-BPPV adalah Semont’s
liberatory dan Epley’s maneuver. Epley’s maneuver menggunakan
perubahan posisi kepala secara bertahap (gambar 6) untuk membersihkan free floating otolithic debris keluar
dari kanalis semisirkular dan kembali ke dalam utrikulus. Awalnya diterapkan
vibrasi mastoid yang tidak lama kemudian manuver reposisi oleh Eplay
dianjurkan. Awalnya, pasien diminta untuk mempertahankan posisi tegak selama 48
jam setelah manuver reposisi, namun pembatasan posisi setelah pengobatan tidak diharuskan
dan dapat disederhanakan.
Secara teori, vertigo posisional dapat
diatasi setelah reposisi debris otolitic ke dalam utrikulus dengan Epley’s maneuver. Tingkat keberhasilan
yang dilaporkan adalah sekitar 80% setelah satu putaran manuver reposisi,
tingkat keberhasilan meningkat dengan pengulangan. Menurut meta-analisis
terbaru dari modified Epley’s maneuver
untuk PC-BPPV, pengobatan menunjukkan peningkatan perbaikan gejala empat kali
dan nistagmus lima kali lebih tinggi dibandingkan kelompok placebo.
Hasil
dari Epley’s maneuver dapat diprediksi
bahkan selama dilakukan manuver. Ketika kepala diputar 90˚ kearah sisi yang
tidak terkena setelah Dix-Hallpike’s
maneuver, posisi nistagmus berkembang ke arah yang sama dengan manuver
(orthotropic nystagmus), jika sekelompok partikel bergerak ke arah yang sesuai
ke dalam crus, menghasilkan
keberhasilan reposisi. Namun, arah nistagmus dapat terbalik ketika heavy cupula dengan debris otolithic
melekat pada ampullopetally atau jika partikel bergerak kembali ke cupula,
menandakan bahwa reposisi tidak berhasil. Epley’s
maneuver merupakan metode yang dianjurkan untuk pengobatan PC-BPPV, dengan
konfirmasi bukti level A menurut American
Academy of Neurology.
Semont’s
liberatory maneuver juga membantu pengobatan PC-BPPV (gambar 7)
dan dapat dianggap sebagai alternatif untuk kondisi ini, terutama pasien dengan
kesulitan menegakkan leher karena gangguan tulang belakang. Namun efektivitas
dari Semont’s liberatory maneuver belum dapat ditetapkan. Baru-baru ini, sebuah
protokol untuk pengobatan PC-BPPV telah diperkenalkan dengan Epley’s dan Semont’s maneuver. Setelah
didiagnosisi oleh dokter, pengobatan dengan manuver dijelaskan ke pasien, yang
dapat dengan mudah dilakukan di luar rumahsakit.
Geotrpik HC-BPPV
Rotasi
270˚ atau 360˚ sekitar sumbu (disebut juga barbecue maneuver) ke arah telinga yang tidak terkena merupakan
metode popular untuk pengobatan geotropic HC-BPPV. Maneuver ini dilakukan
dengan memutar kepala 90˚ ke arah sisi yang sehat dengan posisi supine (gambar
8). Dengan manuver ini, debris otolith yang bebas mengambang bermigrasi dalam
arah ampullofugal, yang akhirnya memasuki utrikulus terus menuju kanal
horizontal akhir nonampula.
Berbaring
dengan telinga yang sehat di bawah selama sekitar 12 jam (posisi yang lama)
dapat digunakan, terutama pada pasien dengan gejala berat yang tidak dapat
membuat perubahan posisi. Gufoni’s maneuver
merupakan alternatif lain. Setelah duduk di meja periksa, pasien berbaring
miring ke arah sisi yang sehat dengan gerakan lateral yang cepat dan tetap
dalam posisi ini selama 1-2 menit sampai terjadi resolusi dari nistagmus.
Setelah melakukan rotasi kepala yang cepat 45˚ ke arah lantai, dengan pasien
tetap mempertahankan posisi ini selama 2 menit, kemudian kembali ke posisi awal
secara perlahan-lahan. Keuntungan utama dari Gufoni’s maneuver adalah manuver ini sederhana untuk dilakukan.
Apogeotropik HC-BPPV
Apogeotropik HC-BPPV dihubungan
dengan cupulolitiasis atau canalolithiasis dengan lengan anterior pada kanal semisirkular
horizontal. Penjelasan ini sesuai dengan karekterisitik nistagmus posisional yang
diamati pada HC-BPPV, tujuan terapi untuk melepaskan debris otholith dari
cupula atau memindahkan debris dari lengan anterior ke posterior pada kanal
horizontal.
Jika
debris otolitik melekat pada sisi utrikulus dari cupula, pelepasan seharusnya
dengan resolusi segera dari vertigo positional dan nistagmus. Dalam hal adhesi
dari sisi kanal pada cupula atau free-floating
particles dalam lengan anterior, pelepasan dan pergeseran debris otolith ke
dalam lengan posterior akan menyebabkan transisi ke geotropic HC-BPPV. Terapi
menggoyangkan kepala pada bidang horizontal, modified Semont maneuver, dan metode Gufoni’s maneuver telah
diusulkan sebagai regimen pengobatan untuk apogeotropik HC-BPPV.
Tujuan
dari menggoyangkan kepala untuk melepas debris otholithic dari cupula, terlepas
dari sisi yang mana yang terlekat, menggunakan alternatif kekuatan percepatan dan perlambatan.
Modified semont’s maneuver terdiri dari
tiga tahap: 1) pasien dibawa ke posisi berbaring dengan sisi telinga yang
terkena di bagian bawah. 2) kepala
pasien dimiringkan ke bawah 45˚, dipertahankan selama 2-3 menit. 3) pasien kembali
ke posisi duduk semula. Manuver ini awalnya dirancang unutk menghilangkan
debris yang melekat pada sisi utrikulus
dari cupula.
Pada
Gufoni’s maneuver untuk apogeotropik
HC-BPPV, pasien duduk dengan kepala diarahkan lurus ke depan kemudian dengan
cepat bergerak ke posisi berbaring dengan arah sisi yang terkena, pertahankan
posisi ini untuk 1 sampai 2 menit setelah akhir dari nistagmus apogeotropik. Kepala
kemudian dengan cepat diangkat 45˚ dan dipertahankan selama 2 menit, kemudian
kembali ke posisi duduk secara perlahan. Gufoni’s
maneuver dirancang untuk menyingkirkan debris otholithic dari lengan
anterior dari kanal semisirkular horizontal dekat cupula.
Sebuah
studi baru-baru ini mengadopsi uji coba prospektif secara acak, menemukan bahwa
manuver menggoyangkan kepala lebih efektif daripada modified semont’s maneuver dalam pengobatan HC-BPPV. Namun, efektivitas
dari masing masing manuver harus ditentukan dengan menerapkan perbandingan
kepala per kepala.
AC-BPPV
Berbagai
manuver reposisi juga telah dikembangkan untuk pengobatan AC-BPPV. Sebaliknya
dalam Epley’s maneuver, pasien juga
mengalami urutan perubahan posisi yang sama setelah Dix-Hallpike’s maneuver pada
sisi telinga yang sehat. Manuver reposisi modifikasi dan mempertahankan posisi
yang berkepanjangan juga diadopsi untuk pengobatan BPPV tertentu.
REHABILITASI
Terlepas
dari saluran/kanal yang terkena, latihan Brandt-Daroff dapat dicoba saat
menuver reposisi gagal atau jika pasien tidak dapat mentoleransi maneuver
reposisi (gambar 9). Latihan dapat diulang bebas sampai gejala berkurang.
Berhubungan
dengan PC-BPPV, rehabilitasi vestibular menunjukkan hasil pengobatan yang lebih
unggul dibandingkan dengan placebo. Namun, rehabilitasi vestibular kurang
efektif dibandingkan CRMs dalam menghasilkan resolusi gejala yang lengkap. Ada
cukup data tentang respon HC-BPPV untuk rehabilitasi vesibular.
TERAPI BEDAH
Dengan
CRMs berulang dan latihan Brandt-Daroff, pasien masih dapat mengalami veritigo
persisten akibat disabilitas posisi atau frekuensi kambuhan yanga merupakan
refrakter dari manuver reposisi. Terapi bedah dapat dipertimbangkan dalam
kesempatan yang jarang, yang disebut juga “incratable
BPPV”.
Transeksi
nervus ampula posterior yang mempersarafi kanal posterior (singular neurectomy) atau oklusi kanal semisirkular posterior
(saluran penutup) telah dilakukan untuk “incratable
BPPV”.
Neurektomi
tunggal, dijelaskan oleh Gacek pada tahun 1974, merupakan prosedur yang efisien
yang dibuat untuk mengontrol gejala “incratable
BPPV”., dengan risiko yang dapat diterima gangguan pendengaran pasca
operasi. Penyumbatan dan oklusi kanal juga merupakan teknik yang efektif dengan
rendahnya resiko gangguan pendengaran.
Namun,
intervensi bedah diterapkan jika seluruh CRMs/latihan telah dicoba dan gagal.
TERAPI MEDIKAMENTOSA
Obat
rutin seperti vestibular supresan (misalnya antihistamin dan benzodiazepine)
tidak dianjurkan pada pasien BPPV. Dokter dapat memberikan obat untuk 1)
mengurangi sensasi berputar dari vertigo atau 2) mengurangi gejala pusing yang
menyertai. Namun, tidak ada vestibular supresan yang efektif seperti CRMs untuk
BPPV dan tidak dapat digunakan sebagai pengganti untuk maneuver reposisi.
Obat
anti vertigo, seperti dimenhydrinate (Dramamine®), belladonna alkaloid
scopolamine (Transderm-Scop®), dan benzodiazepine (Valium®), diindikasikan
untuk mengurangi gejala pusing dan mual sebelum melakukan CRM.
PROGNOSIS DAN KEKAMBUHAN
Vertigo
sering berulang pada BPPV, dengan tingkat kekambuhan dilaporkan 15-37% setelah
efektifitas awal CRMs. Pada studi terbaru, tingkat kekambuhan 50% untuk
rata-rata 10 tahun periode follow-up. Kekambuhan terbanyak (80%) terjadi pada
masa tahun pertama setelah pengobatan.
Faktor
yang berhubungan dengan tingkat kekambuhan yang tinggi yaitu wanita, adanya
penyakit sebelumnya seperti trauma, labyrinthitis dan hidrops endolimfatik,
adanya osteopeni/osteoporosis, HC-BPPV dan riwayat tiga atau lebih serangan
BPPV sebelum pengobatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar