Definisi
Polip hidung
adalah massa lunak yang mengandung banyak cairan di dalam rongga hidung,
berwarna putih keabu-abuan, yang terjadi akibat inflamasi mukosa.
Patogenesis
Pembentukan
polip sering diasosiasikan dengan inflamasi kronik, disfungsi saraf otonom
serta predisposisi genetik. Menurut teori Bernstein, terjadi perubahan mukosa
hidung akibat peradangan atau aliran udara yang berturbulensi, terutama di
daerah sempit di kompleks ostio-meatal. Terjadi prolaps submukosa yang diikuti
oleh reepitelisasi dan pembentukan kelenjar baru. Juga terjadi peningkatan
penyerapan natrium oleh permukaan sel epitel yang berakibat retensi air
sehingga terbentuk polip.
Teori
lain mengatakan karena ketidakseimbangan saraf vasomotor terjadi peningkatan
permeabilitas kapiler dan gangguan regulasi vascular yang mengakibatkan
dilepasnya sitokin-sitokin dari sel mast, yang akan menyebabkan edema dan
lama-kelamaan menjadi polip.
Bila
proses terus berlanjut, mukosa yang sembab makin membesar menjadi polip dan
kemudian akan turun ke rongga hidung menjadi tangkai.
Makroskopis
Secara
markroskopis polip merupakan massa bertangkai dengan permukaan licin, bentuk
bulat atau lonjong, berwarna putih keabu-abuan, agak bening, lobular, dapat
tunggal atau multiple dan tidak sensitive (bila ditekan/ditusuk tidak terasa
sakit). Warna polip yang pucat tersebut disebabkan karena mangandung banyak
cairan dan sedikitnya aliran darah ke polip. Bila terjadi iritasi kronis atau
proses peradangan warna polip dapat berubah menjadi kemerah-merahan dan polip
yang sudah menahun warnanya dapat menjadi kekuning-kuningan karena banyak
mengandung jaringan ikat.
Tempat
asal tumbuhnya polip terutama di kompleks ostio-meatal di meatus medius dan
sinus ethmoid. Bila ada fasilitas pemeriksaan dengan endoskop, mungkin tempat
asal tangkai polip dapat dilihat.
Ada
polip yang tumbuh ke arah belakang dan membesar di nasofaring, disebut polip
koana. Polip koana kebanyakan berasal dari sinus maksila dan disebut juga polip
antro-koana.
Mikroskopis
Secara
mikroskopis tampak epitel pada polip serupa dengan mukosa hidung normal yaitu
epitel bertingkat semu bersilia dengan submukosa yang sembab. Sel-selnya
terdiri dari limfosit, sel plasma, eosinofil, neutrofil dan makrofag. Mukosa
mengandung sel-sel goblet. Pembuluh darah dan kelenjar sangat sedikit. Polip
yang sudah lama dapat mengalami metaplasia epitel karena sering terkena aliran
udara, menjadi epitel transisional, kubik atau gepeng berlapis tanpa
keratinisasi. Berdasarkan jenis sel peradangannya polip dikelompokkan menjadi
2, yaitu polip tipe eosinofilik dan tipe neutrofilik.
Diagnosis
Anamnesa
Keluhan utama :
·
Hidung tersumbat, dari ringan-berat
·
Rinore, mulai yang jernih sampai purulen
·
Hiposmia/anosmia
·
Dapat disertai bersin-bersin, nyeri pada hidung
disertai sakit kepala di daerah frontal.
·
Bila disertai infeksi sekunder didapati post
nasal drip dan rinore purulen
Gejala sekunder : bernafas
melalui mulut, suara sengau, halitosis, gangguan tidur, penurunan kualitas
hidup. Dapat menyebabkan gejala saluran napas bawah, berupa batuk kronik dan
mengi, terutama pada penderita polip nasi dengan asma.
Harus ditanyakan riwayat
rhinitis, alergi, asma, intoleransi terhadap aspirin dan alergi obat lainnya
serta alergi makanan.
Pemeriksaan Fisik
·
Hidung tampak mekar karena pelebaran batang
hidung akibat polip nasi yang massif yang menyebabkan deformitas hidung luar
·
Rinoskopi anterior : massa berwarna pucat,
berasal dari meatus medius, mudah digerakkan
Stadium polip (Mackey dan Lund,
1997) :
·
Stadium 1 : polip masih terbatas di meatus
medius
·
Stadium 2 : polip sudah keluar dari meatus
medius, tampak di rongga hidung tapi belum memenuhi rongga hidung
·
Sradium 3 : polip yang massif
Pemeriksaan Penunjang
Naso-endoskopi
Polip
stadium 1 dan 2 kadang-kadang tidak terlihat pada pemeriksaan rinoskopi
anterior tetapi tampak dengan pemeriksaan nasoendoskopi.
Pada
kasus polip koanal juga sering dapat dilihat tangkai polip yang berasal dari
ostium asesorius sinus maksila.
Pemeriksaan radiologi
Foto
polos sinus paranasal (posisi waters, AP, Caldwell dan lateral) dapat
memperlihatkan penebalan mukosa dan adanya batas udara-cairan di dalam sinus,
namun kurang bermanfaat pada kasus polip. Pemeriksaan CT scan sangat bermanfaat
untuk melihat dengan jelas keadaan di hidung dan sinus paranasal apakah ada
proses radang, kelainan anatomi, polip atau sumbatan apda KOM.
Tatalaksana
Tujuan
utama : menghilangkan keluhan, mencegah komplikasi, mencegah rekuren polip.
Pemberian kortikosteroid untuk menghilangkan polip nasi disebut juga
polipektomi medikamentosa. Dapat diberikan topical atau sistemik. Polip
eosinofilik memberikan respon yang lebih baik terhadap pengobatan
kortikosteroid intranasal dibandingkan polip tipe neutrofilik.
Kasus
polip yang tidak membaik dengan terapi medikamentosa atau yang sangat massif
dipertimbangkan untuk terapi bedah. Dapat dilakukan ekstraksi polip
(polipektomi) menggunakan senar polip atau cunam dengan analgesi local,
etmoidektomi intranasal atau etmoidektomi ekstranasal untuk polip etmoid,
operasi Caldwell-Luc untuk sinus maksila. Yang terbaik ialah bila tersedia
fasilitas endoskop maka dilakukan BSEF (Bedah Sinus Endoskopi Fungsional/
FESS).
http://www.rcot.org/pdf/Med-Surg-Nasal%20Polyp.pdf
Reff :
1. Elise
K, dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT, Ed 6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2007.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar