DEFINISI
Ileus obstruktif adalah suatu
penyumbatan mekanis pada usus dimana merupakan penyumbatan yang sama sekali
menutup atau menganggu jalannya isi usus (Sabara, 2007).
ETIOLOGI
Ileus
obstruktif dapat disebabkan oleh (Doherty et al 2002) :
1.
Adhesi (perlekatan usus halus) merupakan penyebab tersering ileus obstruktif, sekitar
50-70% dari semua kasus. Adhesi bisa disebabkan oleh riwayat operasi intraabdominal
sebelumnya atau proses inflamasi intraabdominal. Obstruksi yang disebabkan oleh
adhesi berkembang sekitar 5% dari pasien yang mengalami operasi abdomen dalam
hidupnya. Perlengketan kongenital juga dapat menimbulkan ileus obstruktif di
dalam masa anak-anak.
2.
Hernia inkarserata eksternal (inguinal, femoral, umbilikal, insisional, atau parastomal)
merupakan yang terbanyak kedua sebagai penyebab ileus obstruktif , dan
merupakan penyebab tersering pada pasien yang tidak mempunyai riwayat operasi
abdomen. Hernia interna (paraduodenal, kecacatan mesentericus, dan hernia
foramen Winslow) juga bisa menyebabkan hernia.
3.
Neoplasma. Tumor primer usus halus dapat menyebabkan obstruksi intralumen, sedangkan
tumor metastase atau tumor intraabdominal dapat menyebabkan obstruksi melalui
kompresi eksternal.
4. Intususepsi
usus halus menimbulkan obstruksi dan iskhemia terhadap bagian usus yang
mengalami intususepsi. Tumor, polip, atau pembesaran limphanodus mesentericus dapat
sebagai petunjuk awal adanya intususepsi.
5. Penyakit
Crohn dapat menyebabkan obstruksi sekunder sampai inflamasi akut selama masa
infeksi atau karena striktur yang kronik.
6. Volvulus
sering disebabkan oleh adhesi atau kelainan kongenital, seperti malrotasi usus.
Volvulus lebih sering sebagai penyebab obstruksi usus besar.
7. Batu empedu
yang masuk ke ileus. Inflamasi yang berat dari kantong empedu menyebabkan
fistul dari saluran empedu ke duodenum atau usus halus yang menyebabkan batu
empedu masuk ke traktus gastrointestinal. Batu empedu yang besar dapat terjepit
di usus halus, umumnya pada bagian ileum terminal atau katup ileocaecal yang
menyebabkan obstruksi.
8. Striktur yang
sekunder yang berhubungan dengan iskhemia, inflamasi, terapi radiasi, atau
trauma operasi.
9. Penekanan
eksternal oleh tumor, abses, hematoma, intususepsi, atau penumpukan cairan.
10. Benda asing,
seperti bezoar.
11. Divertikulum
Meckel yang bisa menyebabkan volvulus, intususepsi, atau hernia Littre.
12. Fibrosis
kistik dapat menyebabkan obstruksi parsial kronik pada ileum distalis dan kolon
kanan sebagai akibat adanya benda seperti mekonium.
Tabel 1. Penyebab
ileus obstruktif (Ansari, 2007)
Lokasi
|
Penyebab
|
Kolon
Duodenum
Dewasa
Neonatus
Jejenum dan ileum
Dewasa
Neonatus
|
Tumor (umumnya di kolon kiri),
divertikulitis (umumnya di kolon sigmoid), volvulus di sigmoid atau
sekum, fekalit, penyakit Hirschprung.
Kanker di duodenum atau kanker kepala
pankreas, ulkus.
Atresia, volvulus, adhesi
Hernia, adhesi (paling sering), tumor,
benda asing, divertikulum Meckel, penyakit Crohn (jarang), ascariasis,
volvulus, intususepsi karena tumor (jarang)
Ileus mekonium, volvulus, atresia, intususepsi
|
II.4.3 KLASIFIKASI
ILEUS OBSTRUKTIF
Berdasarkan penyebabnya ileus obstruktif dibedakan
menjadi tiga kelompok (Bailey,2002):
a. Lesi-lesi intraluminal, misalnya fekalit, benda
asing, bezoar, batu empedu.
b. Lesi-lesi intramural, misalnya malignansi atau
inflamasi.
c. Lesi-lesi ekstramural, misalnya adhesi, hernia,
volvulus atau intususepsi.
Ileus obstruktif dibagi lagi menjadi tiga jenis
dasar (Sjamsuhidajat & Jong, 2005; Sabiston,1995) :
1. Ileus obstruktif sederhana, dimana obstruksi
tidak disertai dengan terjepitnya pembuluh darah.
2. Ileus obstruktif strangulasi, dimana obstruksi
yang disertai adanya penjepitan pembuluh darah sehingga terjadi iskemia yang
akan berakhir dengan nekrosis atau gangren yang ditandai dengan gejala umum
berat yang disebabkan oleh toksin dari jaringan gangren.
3. Ileus obstruktif jenis gelung tertutup, dimana
terjadi bila jalan masuk dan keluar suatu gelung usu tersumbat, dimana paling
sedikit terdapat dua tempat obstruksi.
Untuk keperluan klinis, ileus obstruktif dibagi dua
(Stone, 2004):
1. Ileus obstruktif usus halus, termasuk duodenum
2. Ileus obstruktif usus besar
PATOFISIOLOGI
Lumen usus yang tersumbat secara progresif akan
teregang oleh cairan dan gas (70% dari gas yang ditelan) akibat peningkatan
tekanan intralumen, yang menurunkan pengaliran air dan natrium dari lumen ke
darah. Oleh karena sekitar 8 liter cairan diekskresikan ke dalam saluran cerna
setiap hari, tidak adanya absorpsi dapat mengakibatkan penimbunan intralumen
dengan cepat.
Muntah dan penyedotan usus setelah pengobatan
dimulai merupakan sumber kehilangan utama cairan dan elektrolit. Pengaruh atas
kehilangan ini adalah penciutan ruang cairan ekstrasel yang mengakibatkan
syok—hipotensi, pengurangan curah jantung, penurunan perfusi jaringan dan
asidosis metabolik. Peregangan usus yang terus menerus mengakibatkan lingkaran
setan penurunan absorpsi cairan dan peningkatan sekresi cairan ke dalam usus.
Efek local peregangan usus adalah iskemia akibat distensi dan peningkatan
permeabilitas akibat nekrosis, disertai absorpsi toksin-toksin bakteri ke dalam
rongga peritoneum dan sirkulasi sistemik untuk menyebabkan bakteriemia (Price
& Wilson, 1995).
Segera setelah timbulnya ileus obstruktif pada ileus
obstruktif sederhana, distensi timbul tepat proksimal dan menyebabkann muntah
refleks. Setelah ia mereda, peristalsis melawan obstruksi timbul dalam usaha
mendorong isi usus melewatinya yang menyebabkan nyeri episodik kram dengan masa
relatif tanpa nyeri di antara episode. Gelombang peristaltik lebih sering, yang
timbul setiap 3 sampai 5 menit di dalam jejunum dan setiap 10 menit di didalam
ileum. Aktivitas peristaltik mendorong udara dan cairan melalui gelung usus,
yang menyebabkan gambaran auskultasi khas terdengar dalam ileus obstruktif.
Dengan berlanjutnya obstruksi, maka aktivitas peristaltik menjadi lebih jarang
dan akhirnya tidak ada. Jika ileus obstruktif kontinu dan tidak diterapi, maka
kemudian timbul muntah dan mulainya tergantung atas tingkat obstruksi. Ileus
obstruktif usus halus menyebabkan muntahnya lebih dini dengan distensi usus
relatif sedikit, disertai kehilangan air, natrium, klorida dan kalium,
kehilangan asam lambung dengan konsentrasi ion hidrogennya yang tinggi
menyebabkan alkalosis metabolik. Berbeda pada ileus obstruktif usus besar,
muntah bisa muncul lebih lambat (jika ada). Bila ia timbul, biasanya kehilangan
isotonik dengan plasma. Kehilangan cairan ekstrasel tersebut menyebabkan
penurunan volume intravascular, hemokonsentrasi dan oliguria atau anuria. Jika
terapi tidak diberikan dalam perjalanan klinik, maka dapat timbul azotemia,
penurunan curah jantung, hipotensi dan syok (Sabiston, 1995).
Pada ileus obstruktif strangulata yang melibatkan
terancamnya sirkulasi pada usus mencakup volvulus, pita lekat, hernia dan
distensi. Disamping cairan dan gas yang mendistensi lumen dalam ileus obstruksi
sederhana, dengan strangulasi ada juga gerakan darah dan plasma ke dalam lumen
dan dinding usus.
Plasma bisa juga dieksudasi dari sisi serosa dinding
usus ke dalam cavitas peritonealis. Mukosa usus yang normalnya bertindak
sebagai sawar bagi penyerapan bakteri dan produk toksiknya, merupakan bagian
dinding usus yang paling sensitif terhadap perubahan dalam aliran darah. Dengan
strangulasi memanjang timbul iskemi dan sawar rusak. Bakteri (bersama dengan
endotoksin dan eksotoksin) bisa masuk melalui dinding usus ke dalam cavitas
peritonealis.
Disamping itu, kehilangan darah dan plasma maupun
air ke dalam lumen usus cepat menimbulkan syok. Jika kejadian ini tidak dinilai
dini, maka dapat cepat menyebabkan kematian (Sabiston, 1995).
Ileus obstruktif gelung tertutup timbul bila jalan
masuk dan jalan keluar suatu gelung usus tersumbat. Jenis ileus obstruktif ini
menyimpan lebih banyak bahaya dibandingkan kebanyakan ileus obstruksi, karena
ia berlanjut ke strangulasi dengan cepat serta sebelum terbukti tanda klinis
dan gejala ileus obstruktif. Penyebab ileus obstruktif gelung tertutup mencakup
pita lekat melintasi suatu gelung usus, volvulus atau distensi sederhana. Pada
keadaan terakhir ini, sekresi ke dalam gelung tertutup dapat menyebabkan
peningkatan cepat tekanan intalumen, yang menyebabkan obstruksi aliran keluar
vena. Ancaman vaskular demikian menyebabkan progresivitas cepat gejala sisa
yang diuraikan bagi ileus obstruksi strangualata (Sabiston, 1995).
Ileus obstruktif kolon biasanya kurang akut (kecuali
bagi volvulus) dibandingkan ileus obstruksi usus halus. Karena kolon terutama
bukan organ pensekresi cairan dan hanya menerima sekitar 500 ml cairan tiap
hari melalui valva ileocaecalis, maka tidak timbul penumpukan cairan yang
cepat. Sehingga dehidrasi cepat bukan suatu bagian sindroma yang berhubungan
dengan ileus obstruksi kolon. Bahaya paling mendesak karena obstruksi itu
karena distensi. Jika valva ileocaecalis inkompeten maka kolon terdistensi
dapat didekompresi ke dalam usus halus. Tetapi jika valva ini kompeten, maka
kolon terobstruksi membentuk gelung tertutup dan distensi kontinu menyebabkan
ruptura pada tempat berdiameter terlebar, biasanya sekum. Ia didasarkan atas
hukum Laplace, yang mendefenisiskan tegangan di dalam dinding organ tubular
pada tekanan tertentu apapun berhubungan langsung dengan diameter tabung itu.
Sehingga karena diameter terlebar kolon di dalam sekum, maka ia area yang
biasanya pecah pertama (Sabiston, 1995).
MANIFESTASI KLINIS
ILEUS OBSTRUKTIIF
Terdapat 4 tanda kardinal gejala ileus obstruktif
(Winslet, 2002; Sabiston, 1995)
- Nyeri abdomen
- Muntah
- Distensi
- Kegagalan buang air besar atau gas(konstipasi).
Gejala ileus obstruktif tersebut bervariasi
tergantung kepada (Winslet, 2002; Sabiston, 1995):
- Lokasi obstruksi
- Lamanya obstruksi
- Penyebabnya
- Ada atau tidaknya iskemia usus
Gejala selanjutnya yang bisa muncul termasuk
dehidrasi, oliguria, syok hypovolemik, pireksia, septikemia, penurunan
respirasi dan peritonitis. Terhadap setiap penyakit yang dicurigai ileus
obstruktif, semua kemungkinan hernia harus diperiksa (Winslet, 2002).
Nyeri abdomen biasanya
agak tetap pada mulanya dan kemudian menjadi bersifat kolik. Ia sekunder
terhadap kontraksi peristaltik kuat pada dinding usus melawan obstruksi.
Frekuensi episode tergantung atas tingkat obstruksi, yang muncul setiap 4
sampai 5 menit dalam ileus obstruktif usus halus, setiap 15 sampai 20 menit
pada ileus obstruktif usus besar. Nyeri dari ileus obstruktif usus halusl
demikian biasanya terlokalisasi supraumbilikus di dalam abdomen, sedangkan yang
dari ileus obstruktif usus besar biasanya tampil dengan nyeri intaumbilikus.
Dengan berlalunya waktu, usus berdilatasi, motilitas menurun, sehingga
gelombang peristaltik menjadi jarang, sampai akhirnya berhenti. Pada saat ini
nyeri mereda dan diganti oleh pegal generalisata menetap di keseluruhan abdomen.
Jika nyeri abdomen menjadi terlokalisasi baik, parah, menetap dan tanpa remisi,
maka ileus obstruksi strangulata harus dicurigai (Sabiston, 1995).
Muntah refleks
ditemukan segera setelah mulainya ileus obstruksi yang memuntahkan apapun
makanan dan cairan yang terkandung, yang juga diikuti oleh cairan duodenum,
yang kebanyakan cairan empedu (Harrison’s, 2001). Setelah ia mereda, maka
muntah tergantung atas tingkat ileus obstruktif. Jika ileus obstruktif usus
halus, maka muntah terlihat dini dalam perjalanan dan terdiri dari cairan
jernih hijau atau kuning. Usus didekompresi dengan regurgitasi, sehingga tak
terlihat distensi. Jika ileus obstruktif usus besar, maka muntah timbul
lambatdan setelah muncul distensi. Muntahannya kental dan berbau busuk
(fekulen) sebagai hasil pertumbuhan bakteri berlebihan sekunder terhadap
stagnasi. Karena panjang usus yang terisi dengan isi demikian, maka muntah
tidak mendekompresi total usus di atas obstruksi (Sabiston, 1995).
Distensi pada ileus
obstruktif derajatnya tergantung kepada lokasi obsruksi dan makin membesar bila
semakin ke distal lokasinya. Gerkakan peristaltic terkadang dapat dilihat.
Gejala ini terlambat pada ileus obstruktif usus besar dan bisa minimal atau
absen pada keadaan oklusi pembuluh darah mesenterikus (Sabiston, 1995).
Konstipasi dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu konstipasi absolut ( dimana feses dan gas tidak
bisa keluar) dan relatif (dimana hanya gas yang bisa keluar) (Winslet, 2002).
Kegagalan mengerluarkan gas dan feses per rektum juga suatu gambaran khas ileus
obstruktif. Tetapi setelah timbul obstruksi, usus distal terhadap titik ini
harus mengeluarkan isinya sebelum terlihat obstipasi. Sehingga dalam ileus
obstruktif usus halus, usus dalam panjang bermakna dibiarkan tanpa terancam di
usus besar. Lewatnya isi usus dalam bagian usus besar ini memerlukan waktu,
sehingga mungkin tidak ada obstipasi, selama beberapa hari. Sebaliknya, jika
ileus obstruktif usus besar, maka obstipasi akan terlihat lebih dini. Dalam
ileus obstuksi sebagian, diare merupakan gejala yang ditampilkan pengganti
obstipasi (Sabiston, 1995).
Dehidarasi umumnya
terjadi pada ileus obstruktif usus halus yang disebabkan muntah yanbg
berulang-ulang dan pengendapan cairan. Hal ini menyebabkan kulit kering dan
lidah kering, pengisian aliran vena yang jelek dan mata gantung dengan
oliguria. Nilai BUN dan hematokrit meningkat memberikan gambaran polisitemia
sekunder (Winslet, 2002).
Hipokalemia bukan
merupakan gejala yang sering pada ileus obstruktif sederhana. Peningkatan nilai
potasium, amilase atau laktat dehidrogenase di dalam serum dapat sebagai
pertanda strangulasi, begitu juga leukositosis atau leukopenia (Winslet, 2002).
Pireksia di dalam ileus
obstruktif dapat digunaklan sebagai petanda (Winslet, 2002) :
1. Mulainya terjadi
iskemia
2. Perforasi usus
3. Inflamasi yang
berhubungan denga penyakit obsruksi
Sangat penting untuk
membedakan antara ileus obstruktif dengan strangulasi dengan tanpa strangulasi,
karena termasuk operasi emergensi. Penegakan diagnosa hanya tergantung gejala
kilnis. Sebagai catatan perlu diperhatikan (Winslet, 2002):
- Kehadiran syok menandakan iskemia yang sedang berlansung
- Pada strangulasi yang mengancam, nyeri tidak pernah hilang total
- Gejala-gejala biasanya muncul secara mendadak dan selalu berulang
- Kemunculan dan adanya gejala nyeri tekan lokal merupakan tanda yang sangat penting, tetapi, nyeri tekan yang tidak jelas memerlukan penilaian rutin.
Pada ileus obstruktif
tanpa strangulasi kemungkinan bisa terdapat area dengan nyeri tekan lokal pada
tempat yang mengalami obstruksi; pada srangulasi selalu ada nyeri tekan lokal
yang berhubungan dengan kekakuan abdomen..
- Nyeri tekan umum dan kehadiran kekakuan abdomen/rebound tenderness menandakan perlunya laparotomy segera.
- Pada kasus ileus obstruktif dimana nyeri tetap asa walaupun telah diterapi konservatif, walaupun tanpa gejala-gejala di atas, strangulasi tetap harus didiagnosa.
- Ketika srangulasi muncul pada hernia eksternal dimana benjolan tegang, lunak, ireponibel, tidak hanya membesar karena reflek batuk dan benjolan semakin membesar.
II.4.6 DIAGNOSIS
Diagnosis ileus obstruktif
tidak sulit; salah satu yang hampir selalu harus ditegakkan atas dasar klinik
dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik, kepercayaan atas pemeriksaan radiologi
dan pemeriksaan laboraorium harus dilihat sebagai konfirmasi dan bukan menunda
mulainya terapi yang segera (Sabiston, 1995). Diagnosa ileus obstruksi
diperoleh dari :
1. Anamnesis
Pada anamnesis ileus obstruktif usus halus biasanya sering dapat ditemukan
penyebabnya, misalnya berupa adhesi dalam perut karena pernah dioperasi
sebelumnya atau terdapat hernia (Sjamsuhudajat & Jong, 2004; Sabara, 2007).
Pada ileus obstruksi usus halus kolik dirasakan di sekitar umbilkus, sedangkan
pada ileus obstruksi usus besar kolik dirasakan di sekitar suprapubik. Muntah
pada ileus obstruksi usus halus berwarna kehijaun dan pada ileus obstruktif
usus besar onset muntah lama (Anonym, 2007)
2. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
Dapat ditemukan tanda-tanda generalisata dehidrasi, yang mencakup kehilangan
turgor kulit maupun mulut dan lidah kering. Pada abdomen harus dilihat adanya
distensi, dapat
ditemukan kontur dan steifung, parut abdomen, Benjolan
pada regio inguinal, femoral dan skrotum menunjukkan suatu hernia inkarserata Pada Intussusepsi dapat terlihat
massa abdomen berbentuk sosis. Adanya adhesi dapat dicurigai bila ada bekas
luka operasi sebelumnya. Terkadang dapat dilihat gerakan peristaltik usus yang bisa bekorelasi dengan mulainya nyeri
kolik yang disertai mual dan muntah. Penderita tampak gelisah dan menggeliat
sewaktu serangan kolik (Sabiston, 1995; Sabara, 2007). 2,8
2. Palpasi
Pada palpasi bertujuan mencari adanya tanda iritasi peritoneum apapun
atau nyeri tekan, yang mencakup ‘defance musculair’ involunter atau rebound dan
pembengkakan atau massa yang abnormal (Sabiston,1995; Sabara, 2007).
3. Auskultasi
Pada ileus obstruktif pada auskultasi terdengar kehadiran episodic gemerincing
logam bernada tinggi dan gelora (rush’) diantara masa tenang. Tetapi setelah
beberapa hari dalam perjalanan penyakit dan usus di atas telah berdilatasi,
maka aktivitas peristaltik (sehingga juga bising usus) bisa tidak ada atau
menurun parah. Tidak adanya nyeri usus bisa juga ditemukan dalam ileus
paralitikus atau ileus obstruksi strangulate (Sabiston, 1995).
Bagian akhir yang diharuskan dari pemeriksaan adalah pemeriksaan rectum dan
pelvis. Ia bisa membangkitkan penemuan massa atau tumor serta tidak adanya
feses di dalam kubah rektum menggambarkan ileus obstruktif usus halus. Jika
darah makroskopik atau feses postif banyak ditemukan di dalam rektum, maka
sangat mungkin bahwa ileus obstruktif didasarkan atas lesi intrinsik di dalam
usus (Sabiston, 1995). Apabila isi rektum menyemprot; penyakit Hirdchprung
(Anonym, 2007).
4. Perkusi
Hipertimpani
2
5.
Rectal Toucher11,12
-
Isi rektum menyemprot : Hirschprung disease
-
Adanya darah dapat menyokong adanya strangulasi, neoplasma
-
Feses yang mengeras : skibala
-
Feses negatif : obstruksi usus letak tinggi
-
Ampula rekti kolaps : curiga obstruksi
-
Nyeri tekan : lokal atau general peritonitis
3. Radiologi
Pemeriksaan sinar-X bisa sangat bermanfaat dalam mengkonfirmasi diagnosis
ileus obstruktif serta foto abdomen tegak dan berbaring harus yang pertama dibuat.
Adanya gelung usus terdistensi dengan batas udara-cairan dalam pola tangga pada
film tegak sangat menggambarkan ileus obstruksi sebagai diagnosis. Dalam ileus
obstruktif usus besar dengan katup ileocaecalis kompeten, maka distensi gas
dalam kolon merupakan satu-satunya gambaran penting (Sabiston, 1995).
Penggunaan kontras dikontraindikasikan adanya perforasi-peritonitis. Barium
enema diindikasikan untuk invaginasi, dan endoskopi disarankan pada kecurigaan
volvulus (Anoym, 2007).
Foto
polos abdomen 3 posisi: 5
Ileus
obstruktif letak tinggi
Tampak dilatasi usus di proksimal sumbatan (sumbatan
paling distal di iliocaecal junction) dan kolaps usus di distal sumbatan.
Penebalan dinding usus halus yang mengalami dilatasi memberikan gambaran
herring bone appearance, karena dua dinding usus halus yang menebal dan
menempel membentuk gambaran vertebra dan muskulus yang sirkuler menyerupai
kosta. Tampak air fluid level pendek-pendek berbentuk seperti tangga yang
disebut step ladder appearance karena
cairan transudasi berada dalam usus halus yang terdistensi.
Ileus obstruktif letak rendah
Tampak dilatasi usus halus di proksimal sumbatan
(sumbatan di kolon) dan kolaps usus di distal sumbatan. Penebalan dinding usus
halus yang mengalami dilatasi memberikan gambaran herring bone appearance,
karena dua dinding usus halus yang menebal dan menempel membentuk gambaran
vertebra dan muskulus yang sirkuler menyerupai kosta. Gambaran penebalan usus
besar yang juga distensi tampak di tepi abdomen. Tampak gambaran air fluid
level pendek-pendek berbentuk seperti tangga yang disebut step ladder appearance karena cairan transudasi berada dalam
usus halus yang terdistensi dan air fluid level panjang-panjang di kolon.
4. Laboratorium
Leukositosis, dengan pergeseran ke kiri, biasanya terjadi bila terdapat strangulasi,
tetapi hitung darah putih yang normal tidak menyampingkan strangulasi.
Peningkatan amilase serum kadang-kadang ditemukan pada semua bentuk ileus
obstruktif, khususnya jenis strangulasi (Harrison’s, 2001)
II.4.7 PENATALAKSANAAN ILEUS OBSTRUKTIF
Terapi ileus obstruksi biasnya melibatkan intervensi bedah. Penentuan waktu
kritis serta tergantung atas jenis dan lama proses ileus obstruktif. Operasi dilakukan
secepat yang layak dilakukan dengan memperhatikan keadaan keseluruhan pasien
(Sabiston, 1995).
Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang mengalami obstruksi
untuk mencegah perforasi. Tindakan operasi biasanya selalu diperlukan. Menghilangkan
penyebab ileus obstruksi adalah tujuan kedua. Kadang-kadang suatu penyumbatan
sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan, terutama jika disebabkan oleh
perlengketan (Sabiston, 1995; Sabara, 2007)
Dekompresi pipa bagi
traktus gastrointestinal diindikasikan untuk dua alasan (Sabiston, 1995;
Sabara, 2007):
1. Untuk dekompres lambung
sehingga memperkecil kesempatan aspirasi isi usus.
2. Membatasi masuknya
udara yang ditelan ke dalam saluran pencernaan, sehingga mengurangi distensi
usus yang bisa menyebabkan peningkatan tekanan intralumen dan kemungkinan
ancaman vaskular.
Pipa yang digunakan untuk
tujuan demikian dibagi dalam dua kelompok (Sabiston, 1995) :
1. Pendek, hanya untuk
lambung.
2. Panjang, untuk intubasi
keseluruhan usus halus.
Pasien dipuasakan, kemudian dilakukan juga resusitasi cairan dan elektrolit
untuk perbaikan keadaan umum. Setelah keadaan optimum tercapai barulah
dilakukan laparatom (Sabara, 2007).
Pemberian antibiotika spektrum lebar di dalam gelung usus yang terkena obstruksi
strangulasi terbukti meningkatkan kelangsungan hidup. Tetapi, karena tidak
selalu mudah membedakan antara ileus obstruksi strangulata dan sederhana, maka
antibiotika harus diberikan pada semua pasien ileus obstruksi (Sabiston, 1995)
Operasi dapat dilakukan bila sudah tercapai rehidrasi dan organ-organ vital
berfungsi secara memuaskan. Tetapi yang paling sering dilakukan adalah pembedahan
sesegera mungkin. Tindakan bedah dilakukan bila (Sabara, 2007) :
1. Strangulasi
2. Obstruksi lengkap
3. Hernia inkarserata
4. Tidak ada perbaikan
dengan pengobatan konservatif (dengan pemasangan NGT, infus, oksigen dan
kateter) Tindakan yang terlibat dalam terapi bedahnya masuk kedalam beberapa kategori
mencakup (Sabiston, 1995) ;
1. Lisis pita lekat atau
reposisi hernia
2. Pintas usus
3. Reseksi dengan
anastomosis
4. Diversi stoma dengan
atau tanap resksi.
Pengobatan pasca bedah
sangat penting terutama dalam hal cairan dan elektrolit. Kita harus mencegah
terjadinya gagal ginjal dan harus memberikan kalori yang cukup. Perlu diingat
bahwa pasca bedah usus pasien masih dalam keadaan paralitik (Sabara, 2007)
Daftar pustaka
1.
Sjamsuhidajat,
R.; Dahlan, Murnizat; Jusi, Djang. Gawat Abdomen. Dalam Buku Ajar Ilmu Bedah.
Edisi 2. Editor: Sjamsuhidajat, R. dan De Jong, Wim. Jakarta: EGC, 2003. Hal:
181-192.
6. Price
SA, Wilson LM. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. Vol 1 Ed 6.
Jakarta : EGC, 2005. 450-6
11.
Fiedberg,
B. and Antillon, M.: Small-Bowel Obstruction. Editor: Vargas, J., Windle, W.L.,
Li, B.U.K., Schwarz, S., and Altschuler, S. http://www.emedicine.com. Last Updated, June 29, 2004.
12.
Basson,
M.D.: Colonic Obstruction. Editor: Ochoa, J.B., Talavera, F., Mechaber, A.J.,
and Katz, J. http://www.emedicine.com. Last Updated, June 14, 2004.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar