Agustus 27, 2012

POLIP NASI


Definisi
            Polip hidung adalah massa lunak yang mengandung banyak cairan di dalam rongga hidung, berwarna putih keabu-abuan, yang terjadi akibat inflamasi mukosa. 
Patogenesis
            Pembentukan polip sering diasosiasikan dengan inflamasi kronik, disfungsi saraf otonom serta predisposisi genetik. Menurut teori Bernstein, terjadi perubahan mukosa hidung akibat peradangan atau aliran udara yang berturbulensi, terutama di daerah sempit di kompleks ostio-meatal. Terjadi prolaps submukosa yang diikuti oleh reepitelisasi dan pembentukan kelenjar baru. Juga terjadi peningkatan penyerapan natrium oleh permukaan sel epitel yang berakibat retensi air sehingga terbentuk polip.
            Teori lain mengatakan karena ketidakseimbangan saraf vasomotor terjadi peningkatan permeabilitas kapiler dan gangguan regulasi vascular yang mengakibatkan dilepasnya sitokin-sitokin dari sel mast, yang akan menyebabkan edema dan lama-kelamaan menjadi polip. 
            Bila proses terus berlanjut, mukosa yang sembab makin membesar menjadi polip dan kemudian akan turun ke rongga hidung menjadi tangkai. 
Makroskopis
            Secara markroskopis polip merupakan massa bertangkai dengan permukaan licin, bentuk bulat atau lonjong, berwarna putih keabu-abuan, agak bening, lobular, dapat tunggal atau multiple dan tidak sensitive (bila ditekan/ditusuk tidak terasa sakit). Warna polip yang pucat tersebut disebabkan karena mangandung banyak cairan dan sedikitnya aliran darah ke polip. Bila terjadi iritasi kronis atau proses peradangan warna polip dapat berubah menjadi kemerah-merahan dan polip yang sudah menahun warnanya dapat menjadi kekuning-kuningan karena banyak mengandung jaringan ikat. 
            Tempat asal tumbuhnya polip terutama di kompleks ostio-meatal di meatus medius dan sinus ethmoid. Bila ada fasilitas pemeriksaan dengan endoskop, mungkin tempat asal tangkai polip dapat dilihat. 
            Ada polip yang tumbuh ke arah belakang dan membesar di nasofaring, disebut polip koana. Polip koana kebanyakan berasal dari sinus maksila dan disebut juga polip antro-koana. 
Mikroskopis
            Secara mikroskopis tampak epitel pada polip serupa dengan mukosa hidung normal yaitu epitel bertingkat semu bersilia dengan submukosa yang sembab. Sel-selnya terdiri dari limfosit, sel plasma, eosinofil, neutrofil dan makrofag. Mukosa mengandung sel-sel goblet. Pembuluh darah dan kelenjar sangat sedikit. Polip yang sudah lama dapat mengalami metaplasia epitel karena sering terkena aliran udara, menjadi epitel transisional, kubik atau gepeng berlapis tanpa keratinisasi. Berdasarkan jenis sel peradangannya polip dikelompokkan menjadi 2, yaitu polip tipe eosinofilik dan tipe neutrofilik.
Diagnosis
Anamnesa
Keluhan utama :
·         Hidung tersumbat, dari ringan-berat
·         Rinore, mulai yang jernih sampai purulen
·         Hiposmia/anosmia
·         Dapat disertai bersin-bersin, nyeri pada hidung disertai sakit kepala di daerah frontal.
·         Bila disertai infeksi sekunder didapati post nasal drip dan rinore purulen
Gejala sekunder : bernafas melalui mulut, suara sengau, halitosis, gangguan tidur, penurunan kualitas hidup. Dapat menyebabkan gejala saluran napas bawah, berupa batuk kronik dan mengi, terutama pada penderita polip nasi dengan asma.
Harus ditanyakan riwayat rhinitis, alergi, asma, intoleransi terhadap aspirin dan alergi obat lainnya serta alergi makanan.
Pemeriksaan Fisik
·         Hidung tampak mekar karena pelebaran batang hidung akibat polip nasi yang massif yang menyebabkan deformitas hidung luar
·         Rinoskopi anterior : massa berwarna pucat, berasal dari meatus medius, mudah digerakkan
Stadium polip (Mackey dan Lund, 1997) :
·         Stadium 1 : polip masih terbatas di meatus medius
·         Stadium 2 : polip sudah keluar dari meatus medius, tampak di rongga hidung tapi belum memenuhi rongga hidung
·         Sradium 3 : polip yang massif


Pemeriksaan Penunjang
Naso-endoskopi
            Polip stadium 1 dan 2 kadang-kadang tidak terlihat pada pemeriksaan rinoskopi anterior tetapi tampak dengan pemeriksaan nasoendoskopi.
            Pada kasus polip koanal juga sering dapat dilihat tangkai polip yang berasal dari ostium asesorius sinus maksila.
Pemeriksaan radiologi
            Foto polos sinus paranasal (posisi waters, AP, Caldwell dan lateral) dapat memperlihatkan penebalan mukosa dan adanya batas udara-cairan di dalam sinus, namun kurang bermanfaat pada kasus polip. Pemeriksaan CT scan sangat bermanfaat untuk melihat dengan jelas keadaan di hidung dan sinus paranasal apakah ada proses radang, kelainan anatomi, polip atau sumbatan apda KOM. 
Tatalaksana
            Tujuan utama : menghilangkan keluhan, mencegah komplikasi, mencegah rekuren polip. Pemberian kortikosteroid untuk menghilangkan polip nasi disebut juga polipektomi medikamentosa. Dapat diberikan topical atau sistemik. Polip eosinofilik memberikan respon yang lebih baik terhadap pengobatan kortikosteroid intranasal dibandingkan polip tipe neutrofilik.
            Kasus polip yang tidak membaik dengan terapi medikamentosa atau yang sangat massif dipertimbangkan untuk terapi bedah. Dapat dilakukan ekstraksi polip (polipektomi) menggunakan senar polip atau cunam dengan analgesi local, etmoidektomi intranasal atau etmoidektomi ekstranasal untuk polip etmoid, operasi Caldwell-Luc untuk sinus maksila. Yang terbaik ialah bila tersedia fasilitas endoskop maka dilakukan BSEF (Bedah Sinus Endoskopi Fungsional/ FESS).

http://www.rcot.org/pdf/Med-Surg-Nasal%20Polyp.pdf

Reff :
1.      Elise K, dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT, Ed 6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2007.

Tidak ada komentar: