Agustus 24, 2012

RINORE


DEFINISI
Istilah rhinorrhea berasal dari kata Yunani, ‘rhinos’ artinya hidung dan ‘-rrhea’ artinya aliran atau cairan. Dengan demikian, rhinorrhea dapat didefinisikan sebagai aliran atau drainase cairan hidung. 1

ETIOLOGI
Temperatur dingin
Rinore kerap dijumpai selama musim dingin. Salah satu tujuan mucus nasal adalah untuk menghangatkan udara yang dihirup ke suhu tubuh ketika memasuki tubuh. Agar hal ini terjadi, kavum nasi harus terus menerus dilapisi dengan cairan mucus. Selama cuaca dingin, lapisan lendir hidung cenderung kering, berarti membrane  mucus harus bekerja keras, memproduksi lebih banyak mucus untuk menjaga kavum nasi akibatnya, kavum nasi terisi penuh oleh mucus. 1
Pada saat yang sama, ketika udara dihembuskan, uap air mengembun ketika udara hangat bertemu dengan temperatur luar yang lebih dingin dekat lubang hidung. Hal ini menyebabkan jumlah air yang berlebihan yang mengisi kavum nasi. Pada kasus ini kelebihan cairan biasanya tumpah keluar melalui lubang hidung. 1
Infeksi
Rinore dapat merupakan gejala dari penyakit lain, seperti ‘common cold’ atau influenza. Selama infeksi tersebut, membrane mucus nasal memproduksi mucus yang berlebih, memenuhi kavum nasi. Hal ini untuk mencegah infeksi dari penyebaran ke paru dan traktus respiratori, yang dapat menyebabkan kerusakan lebih lanjut. Sinusitis merupakan alasan yang signifikan untuk penyebab rinore yang dapat bermanifestasi dalam bentuk akut maupun kronik. 1,2
Alergi
Rhinore dapat juga terjadi ketika seseorang dengan alergi bahan tertentu seperti pollen, debu, latex, atau binatang oleh allergen ini. Orang dengan system imun tersensitisasi, substansi bahan tersebut dapat memicu produksi antibody IgE, terikat sel mast dan basofil sehingga menyebabkan pengeluaran mediator inflamasi seperti histamin. Selanjutnya, hal ini menyebabkan inflamasi dan pembengkakan jaringan dari rongga nasal dan juga peningkatan produksi nasal.1
Lakrimasi
Rhinore juga berhubungan dengan keluarnya air mata, baik dari emosional maupun iritasi mata. Ketika sejumlah airmata diproduksi berlebihan, cairan mengalir melalui sudut dalam kelopak mata, melalui duktus nasolakrimal lalu ke dalam rongga hidung. Semakin banyak air mata dikeluarkan, banyak cairan juga yang mengalir ke dalam rongga hidung. Penumpukan cairan biasanya diatasi via ekspulsi mucus melalui lubang hidung. 1
Trauma kepala
Jika disebabkan oleh trauma kepala, rinore dapat menjadi kondisi yang serius. Fraktur basis cranii dapat menyebabkan ruptur barier antara kavum sinonasal dan fosa cranial anterior atau fossa cranial media. Kondisi ini dikenal dengan cerebrospinal fluid rhinorrhoea atau CSF rhinorrhea, yang dapat menyebabkan sejumlah komplikasi serius dan mungkin menyebabkan kematian jika tidak ditangani dengan baik. 1
Penyebab Lain
Rinore dapat terjadi sebagai gejala dari ketergantungan opioid yang berhubungan  dengan lakrimasi. Penyebab lain termasuk cystic fibrosis,  nasal tumors, perubahan hormonal, dan cluster headaches.

TANDA DAN GEJALA
Rinore ditandai oleh jumlah mucus yang berlebihan yang diproduksi oleh membrane mucus di rongga hidung. Membran mucus menghasilkan mucus lebih cepat daripada proses mucus itu sendiri, menyebabkan cadangan mucus di kavum nasi. Setelah kavum terisi , aliran udara terhambat, menyebabkan kesulitan bernapas melalui hidung. Udara terperangkap dalam kavum nasi, rongga sinus, yang tidak dapat dilepaskan dan menghasilkan tekanan sehingga menyebabkan nyeri kepala atau nyeri pada wajah. Jika sinus tetap terhalang, dapat menyebabkan sinusitis. Jika mucus terus mengalir ke belakang ke arah tuba eustachi, dapat menyebabkan nyeri telinga atau infeksi telinga. Mucus yang berlebihan yang terakumulasi di tenggorokan atau belakang hidung menyebabkan “post-nasal drip”, mengakibatkan sakit tenggorokan atau batuk. Tambahan gejala termasuk bersin, mimisan, dan “nasal discharge”.2
Rinore yang disebabkan infeksi hidung biasanya bilateral jernih sampai purulen. Sekret yg jernih seperti air dan jumlahnya banyak khas untuk alergi hidung, biasanya bukan karena infeksi. Jika cairan kuning menunjukkan alergi atau infeksi, jika cairan hijau menunjukkan infeksi. Bila sekretnya kuning kehijauan biasanya berasal dari sinusitis hidung Jika rinore unilateral menunjukkan kebocoran CSF atau suatu malignansi. Jika berwarna darah : bila unilateral menunjukkan tumor, benda asing; jika bilateral menunjukkan kelainan granulomatosa atau diathesis perdarahan. . Sekret dari hidung yang turun ke tenggorok disebut sebagai post nasal drip kemungkinan dari sinus paranasal. Pada anak bila sekret yang terdapat hanya satu sisi dan berbau kemungkinan terdapat benda asing di hidung. 1,4, 5
Bagaimanapun juga, jika “running nose” didasari oleh komplikasi traumatic serius, menunjukkan gejala seperti pingsan, perdarahan yang tidak terkendali, dan sering muntah. Itu dipicu akibat cedera kepala atau cedera pada tulang belakang, sehingga mempengaruhi system saraf.1

DIAGNOSIS
Gejala-gejala rinore adalah sumber indikasi untuk sifat dan jenis rinore yang diderita. Pemeriksaan fisik rinore meliputi inspeksi wajah dan hidung, terutama sinus maksila dan sinus frontal. Sifat dan warna mukosa hidung juga diinspeksi. Tes rinore melibatkan kultur sel dari secret. Namun, pasien yang menderita sinusitis invasive, diabetes dan penyakit immunocompromised sebaiknya menjalani CT scan untuk diagnosis tepat untuk memahami apakah menderita rinore kronik atau berulang. 1

TATALAKSANA
Penatalaksanaan rinore bergantung pada penyakit yang mendasari. Biasanya tidak membutuhkan pengobatan dan dapat berhenti dengan sendirinya tetapi harus ditangani serius pada kasus yang dipicu oleh komplikasi fisik dan saraf yang serius.

DAFTAR PUSTAKA: 
  1. The Prime Health. Rhinorrhea – Definition, Symptoms, Causes, Diagnosis and Treatment.  2010. Available from URL: http://www.primehealthchannel.com/rhinorrhea-definition-symptoms-causes-diagnosis-and-treatment.html
  2. Wikipedia. 2010. Available from URL: http://en.wikipedia.org/wiki/Rhinorrhea
  3.  http://download.journals.elsevierhealth.com/pdfs/journals/0091-6749/PIIS0091674995702113.pdf
  4. Elise K, dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT, Ed 6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2007. hal. 3,128-142, 150-3
  5. Elizabeth A et al. Management of allergic and non-allergic rhinitis: a primary care summary of the BSACI guideline. 2010. Available from URL: http://www.thepcrj.org/journ/vol19/19_3_217_222.pdf


Tidak ada komentar: